Jumat, 25 Mei 2012

GLASNOST DAN PERESTROIKA


GLASNOST DAN PERESTROIKA
PEMBAHASAN
Menjelang akhir abad 20, dunia dikejutkan dengan perubahan peta politik yang terjadi secara tiba-tiba, pada akhir 1991, negara Uni Soviet yang telah berumur 74 tahun itu runtuh dan terpecah-pecah menjadi beberapa negara yang sekarang termasuk dalam persemakmuran Uni Soviet (Commonwealth of Independent State/CIS). Bubarnya Uni Soviet ini menandai berakhirnya Perang Dingin dengan kemenangan di pihak AS.
Uni Soviet merupakan federasi negara -negara sosialis komunis yang dirintis berdirinya oleh Lenin dengan kaum Bolsheviknya setelah dapat menggulingkan kekuasaaan Tsar Nicolas II tahun 1917 melalui Revolusi Bolshevik. Tahun 1922 Lenin mengganti Rusia menjadi Uni Soviet dengan Lenin sebagai pemimpinnya. Federasi ini beranggotakan antara lain Rusia, Lithuania, Latvia, Belarusia, Ukraina, Armenia, Georgia, dan Estonia. Mereka disatukan di bawah kekuasaan Partai Komunis Uni Soviet.
Pada masa pasca-Perang Dunia II, imperium-imperium Barat mengalami desintegrasi secara politis. Artinya, kekuasaan mereka berakhir. Bekas jajahan Inggris, Prancis, dan Belanda menjadi negara-negara merdeka seperti India, Indonesia, dan Vietnam. Belum pernah dalam sejarah dunia ada demikian banyak negara “nasional” seperti kini. Satu-satunya imperium yang sampai akhir 1980-an kelihatan masih utuh adalah imperium Uni Soviet atau Rusia.
Bubarnya Uni Sovyet dinilai sebagai runtuhnya ideologi komunisme, ketika sebuah ideologi tak bisa menghidupi sementara tuntutan rakyat masih disekitar urusan ekonomi. Kegagalan Uni Sovyet juga konon disebabkan oleh pemimpin terakhirnya, Mikhail Gorbachev, yang memulai semangat liberasasi politik dan ekonomi dengan tiga programnya yang terkenal, yakni program-programnya: glasnost (keterbukaan politik), perestroika (restrukturisasi ekonomi), dan uskoreniye (percepatan pembangunan ekonomi).
Upaya-upaya Gorbachev untuk merampingkan sistem komunis menawarkan harapan, namun akhirnya terbukti tidak dapat dikendalikan dan mengakibatkan serangkaian peristiwa yang akhirnya ditutup dengan pembubaran imperium Soviet.  Kebijakan-kebijakan yang mulanya dimaksudkan sebagai alat untuk merangsang ekonomi Soviet, perestroika dan glasnost segera menimbulkan akibat-akibat yang tidak diharapkan.
Glasnost memberikan kebebasan berbicara yang lebih besar. Pers menjadi jauh lebih merdeka, dan ribuan tahanan politik dan banyak pembangkang di bebaskan. Sementara tujuan utama Gorbachev dalam mengadakan glasnost adalah untuk menekan kaum konservatif yang menentang kebijakan-kebijakan restrukturisasi ekonominya (perestroika), ia pun berharap melalui berbagai keterbukaan, debat dan partisipasi, rakyat Soviet akan mendukung inisiatif-inisiatif pembaruannya.
Pada Januari 1987, Gorbachev menyerukan diadakannya demokratisasi: memperkenalkan unsur-unsur demokratis seperti misalnya pemilu dengan banyak kandidat di dalam proses politik Soviet. Pada Juni 1988, dalam Konferensi Partai ke-19 dari PKUS, Gorbachev meluncurkan pembaruan-pembaruan radikal yang dimaksudkan untuk mengurangi kontrol partai terhadap aparat-aparat pemerintahan. Pada Desember 1988, Dewan Soviet Tertinggi Soviet menyetujui dibentuknya suatu Kongres Deputi Rakyat yang sebelumnya telah ditetapkan oleh amandemen konstitusi sebagai dewan legislative Uni Soviet yang baru. Pemilihan umum untuk anggota kongres diadakan di seluruh Uni Soviet pada Maret dan April 1989. Pada 15 Maret 1990 Gorbachev terpilih sebagai Presiden eksekutif pertama Uni Soviet.
Pengenduran sensor/pengawasan di bawah glasnost mengakibatkan Partai Komunis kehilangan genggamannya yang mutlak terhadap media. Tak lama kemudian, dan yang akibatnya mempermalukan pemerintah, media mulai menyingkapkan masalah-masalah sosial dan ekonomi yang parah yang telah lama disangkal dan ditutup-tutupi oleh pemerintah Soviet. Masalah-masalah seperti perumahan yang buruk, alkoholisme, penyalahgunaan obat-obatan, polusi, pabrik-pabrik yang sudah ketinggalan zaman dari masa Stalin, dan korupsi kecil-kecilan hingga yang besar-besaran, yang kesemuaya selama ini telah diabaikan oleh media resmi, mendapatkan perhatian yang semakin besar. Laporan-laporan media juga menyingkapkan kejahatan-kejahatan yang dilakukan oleh Stalin dan rezim Soviet, seperti misalnya Gulag dan Pembersihan Besar yang diabaikan oleh media resmi. Lebih dari itu, perang di Afganistan yang berkelanjutan dan kekeliruan di dalam penanganan kecelakaan Chernobyl 1986 lebih jauh merusakkan kredibilitas pemerintahan Soviet pada masa ketika ketidakpuasan kian meningkat.

Ketidakpuasan masyarakat terhadap kondisi-kondisi ekonomi, yang menjadi lebih berani karena kebebasan oleh glasnost, jauh lebih luas daripada yang sebelumnya pada masa Soviet. Meskipun perestroika dianggap berani dalam konteks sejarah Soviet, upaya-upaya Gorbachev untuk melakukan pembaruan ekonomi tidak cukup radikal untuk memulai kembali ekonomi negara yang sangat lesu pada akhir 1980-an. Upaya-upaya pembaruan mengalami berbagai terobosan dalam desentralisasi, namun Gorbachev dan timnya sama sekali tidak menyinggung unsur-unsur fundamental dari sistem Stalinis, termasuk pengendalian harga, mata uang rubel yang tidak dapat dipertukarkan, tidak diakuinya pemilikan pribadi, dan monopoli pemerintah atas sebagian terbesar sarana produksi.
Pada 1990 pemerintah Soviet praktis telah kehilangan seluruh kendali terhadap kondisi-kondisi ekonomi. Pengeluaran pemerintah meningkat dengan tajam karena semakin meningkatnya usaha-usaha yang tidak menguntungkan yang membutuhkan dukungan negara sementara subsini harga konsumen juga berlanjut. Perolehan pajak menurun karena perolehan dari penjualan vodka merosot drastic karena kampanye anti alkohol dan karena pemerintahan republik dan pemerintah-pemerintah setempat menahan perolehan pajak dari pemerintah pusat di bawah semangat otonomi regional. Penghapusan kontrol pemerintah pusat terhadap keputusan-keputusan produksi, khususnya dalam sektor barang-barang konsumen, menyebabkan runtuhnya hubungan pemasok-produsen sementara hubungan yang baru tidak terbentuk. Jadi, bukannya merampingkan sistem, program desentralisasi Gorbachev menyebabkan kemacean-kemacetan produksi yang baru.
Gorbachev menuduh Boris Yeltsin lawan lamanya dan presiden Rusia pertama pada masa pasca-Soviet, telah mencabik-cabik negara itu untuk mengutamakan kepentingan-kepentingan pribadinya sendiri.
Pada 7 Februari 1990 Komite Sentral Partai Komunis Uni Soviet setuju untuk melepaskan monopoli atas kekuasaan. Republik-republik anggota Uni Soviet mulai menegaskan kedaulatan nasional mereka terhadap Moskwa, dan mulai melancarkan “perang undang-undang” dengan pemerintah pusat di Moskwa. Dalam hal ini, pemerintahan republik-republik anggota Uni Soviet membatalkan semua undang-undang negara kesatuan apabila undang-undang itu bertentangan dengan undang-undang lokal, menegaskan kendali mereka terhadap ekonomi lokal dan menolak membayar pajak kepada pemerintah pusat di Moskwa. Pergumulan ini menyebabkan macetnya ekonomi, karena garis pasokan dalam ekonomi rusak, dan menyebabkan ekonomi Soviet semakin merosot.
Keruntuhan Uni Sovyet menandai berakhirnya Perang Dingin. Setelah itu beberapa negara yang dulunya komunis menjadi sekutu AS, seperti Hongaria, Polandia, dan Republik Czech menjadi anggota NATO, dan yang menjadi sekutu terdekat AS dalam “global war on terrorism” (GWOT), seperti Ukraina, Uzbekistan, dan Kyrgystan.
Revolusi Glasnost dan Perestroika ala Gorbachev, pemimpin Uni Soviet saat itu, membawa perubahan begitu besar dalam kehidupan masyarakat Rusia. Berawal dari ketidakmampuan komunisme Rusia untuk terus bersaing dengan kapitalisme Amerika Serikat, akhirnya membawa Rusia pada keharusan untuk berbenah dan mengubah haluan. Seperti kita ketahui bahwa Uni Soviet ala Stalin dan Lenin yang mencoba untuk memotong jalur menuju masyarakat sosialis lewat Revolusi Bolshevik tidak mampu bersaing dan bertahan di tengah arus perubahan. Gorbachev sebagai pemimpin Uni Soviet sebelum imperium ini runtuh berusaha untuk merampingkan komunisme yang digariskan oleh Stalin dan Lenin ini. Namun, kebijakan Glasnost dan Perestroikanya membuat  keruntuhan imperium Uni Soviet menjadi sesuatu yang tak terhindarkan lagi. Uni Soviet yang luar biasa itu akhirnya hancur.
Uni Soviet akhirnya bertransformasi, dan Rusia sebagai negara pecahan yang paling besar menjadi kekuatan utama reformasi ini. Maka, seperti yang tergambar dalam lagu Wind of Change gubahan grup band asal Jerman, Scorpions, Rusia mengalami perubahan yang luar biasa. Perubahan itu meliputi hampir semua aspek kehidupan masyarakat. Rusia berubah dari negara komunis menjadi sebuah negara federasi yang kokoh dan mulai menganut liberalisme pasar. Walaupun demikian, Rusia tidak sepenuhnya liberal. Rusia masih mempertahankan ciri khas komunisme Soviet. Sistem pemerintahannya, sistem ekonominya, dan yang lainnya memang mengalami banyak perubahan. Namun, tetap saja banyak hal yang masih dijaga. Maka, banyak pengamat mengatakan bahwa komunisme Rusia telah mentransformasikan liberalisme dalam bentuk yang lebih cocok dan tetap mengkombinasikannya dengan sisa-sisa sosialisme lama. Hal inilah yang menjadikan Rusia unik dan akhirnya bisa dengan mudah bangkit lagi. Dalam rentang waktu dua dekade saja, Rusia telah mentransformasikan diri menjadi negara yang kembali disegani dan tetap diperhitungkan.
Tentu saja hal tersebut membawa perubahan yang sangat banyak dalam kehidupan masyarakat Rusia. Sosialisme Rusia telah mengalami transformasi yang luar biasa. Mulai dari Gorbachev, Boris Yeltsin, hingga saat ini Vladimir Putin. Berbagai perubahan itu akhirnya kembali mengangkat Rusia dan menempatkannya sebagai salah satu negara yang punya pengaruh besar dengan masih melekatnya sisa-sisa kejayaan Uni Soviet dulu. Ada pengamat yang mengatakan bahwa Rusia telah bertransformasi dari sebuah negara sosialis menjadi liberalis, namun ada pula yang lain mengatakan bahwa Rusia telah bertransformasi dari sebuah negara sosialis menjadi sebuah negara neososialis dengan tetap memperthankan cirri Uni Soviet yang komunis. Yang jelas, telah terjadi banyak  perubahan.
Pasca reformasi Glasnost dan Perstroika pada masa pemerintahan Mikhail Gorbachev terdapat berbagai perubahan dalam kehidupan Uni Soviet yang kemudian berubah menjadi Rusia. Perubahan tersebut meliputi berbagai aspek seperti aspek ekonomi, budaya, dan juga politik.
®    Bidang Ekonomi
Pada bidang ekonomi, pemerintah melakukan perluasan independensi perusahaan-perusahaan negara serta memperkuat perkembangan sektor koperasi. Terdapat juga pemangkasan birokrasi yang ditujukan untuk meningkatkan hasil produksi.  Sejak musim panas tahun 1990 pemerintah mengijinkan sistem kepemilikan pribadi dan privatisasi. Upaya lain dalam memperbaiki bidang ekonomi adalah dengan diluncurkannya program 500 hari, yakni suatu program pembangunan ekonomi dan perbaikan terhadap persoalan-persoalan seperti inflasi dan lain sebagainya.
Jadi, jelas dalam bidang ekonomi, walaupun Rusia mencoba untuk mengadopsi perekonomian pasar terbuka, namun peran negara tetap saja sangat besar. Perekonomian pun dibangun bukan atas dasar kapital semata, tapi lebih dari pada itu juga atas dasar kebijakan pemerintah. Tanggung jawab pemerintah menjadi sangat besar. Banyak pengamat mengatakan bahwa Rusia mencoba untuk membangun perekonomian berbasis kerakyatan. Pada masa kepemimpinan Boris Yeltsin, kaum konglomerat cenderung diuntungkan. Namun, pada zaman kekuasaan Vladimir Putin, kaum konglomerat tidak bisa berbuat banyak. Kebijakan ekonomi tidak murni sentarlistik lagi, namun sudah banyak diberi kebebasan kepada para pelaku ekonomi untuk menentukannya. Negara bertanggung jawab penuh terhadap faktor-faktor ekonomi yang menyangkut hajat hidup orang banyak.
®    Bidang Budaya
Bidang budaya berkembang pesat karena dihapuskannya sensor terhadap pers yang sebelumnya mengekang kebebasan berpikir dan berekspresi. Ruang gerak seniman kembali terbuka. Perkembangan ini meliputi bidang sastra, musik dan juga perfilman. Perubahan-perubahan ini melahirkan begitu banyak hal-hal baru dan luar biasa dalam kehidupan masyarakat Rusia. Industri perfilman, sastra, dan musik mengalami loncatan yang luar biasa. Tempat-tempat hiburan malam dan bioskop muncul. Pada zaman kepemimpinan Vladimir Putin misalnya, kebudayaan Rusia jauh berkembang diringi juga dengan maraknya budaya pop yang masuk ke Rusia. Kehidupan malam dan suasana yang lebih hidup mewarnai kehidupan masyarakat Rusia.
®    Bidang Politik
Dalam bidang politik dan kebijakan luar negeri Rusia memperbaiki hubunganya dengan berbagai negara termasuk negara-negara barat. Rusia yang sempat bersitegang dengan negara-negara barat akhirnya melunak dan mencoba untuk kembali membangun hubungan yang lebih baik. Walaupun Rusia tetap saja menjaga jarak, namun jelas bahwa dari sisi kepentingan, Rusia mungkin penya kepentingan yang besar dengan kembali mebangun hubngan tersebut. Hubungan antara Rusia dan AS misalnya diarahkan pada penghapusan perlombaan senjata melalui beberapa perjanjian seperti perjanjian SALT I, SALT II dan START yang isinya membicarakan bpersoalan mengenai gencatan senjata dan pemusnahan senjata-senjata yang dapat membahayakan keselamatan banyak orang. Kebijakan-kebijakan di masa pemerintahan Gorbachev dianggap telah memberi wajah baru yang lebih ramah bagi Uni Soviet.

Namun, di lain pihak kebijakan Glasnot dan Perestroika ternyata berpengaruh bagi menguatnya gerakan separatisme akibat semangat demokratisasi dan keterbukaan tersebut. Pada akhirnya hal tersebut berujung pada pecahnya Uni Soviet. Pasca pecahnya Uni Soviet, Rusia menjadi Negara pecahan Uni Soviet yang terbesar. Federasi Rusia mempertahankan Moscow sebagai ibukota Negara. Boris Nikolayevich Yeltsin dipilih sebagai presiden pertama Rusia.
Jadi, secara umum bisa disimpulkan bahwa Rusia paska reformasi mengalami berbagai perubahan dalam bidang ekonomi, budaya, dan politik. Namun, Rusia masih tetap mempertahankan cirri khas negara sosialis. Walau sudah mulai mengadopsi sistem ekonomi pasar, namun kontrol pemerintah tetap ada. Investasi boleh terjadi, namun tentu dibarengi dengan syarat-syarat yang tidak sedikit.


1 komentar: